Senin, 27 Desember 2010

Romantisme di Puncak Terindah

Salju itu gerimis tipis, menerpa wajah yang masih sumringah. Sang lelaki mengulurkan tangannya pada sang perempuan, lalu berbisik pelan, “sayang, kita hampir sampai ditujuan”.
Puncak memang belum terlihat, tapi mereka yakin semakin dekat. Sang perempuan tersandung, lalu dengan lembut sang lelaki itu mengelus dan memijatnya. “Harus semangat, tetap harus berjalan melanjutkan pendakian.”
Salju semakin tebal menutupi tanah dan bebatuan, sang perempuan mencoba menghangatkannya dengan senyuman. “Sayang, aku bahagia menjalani pendakian ini bersamamu. Bersama lelaki terbaik dalam hidupku.” Sang lelaki membelai helai demi helai rambut yang terurai, tatapannya utuh namun teduh. “Sayang, aku bisa sekuat ini karena kamu, duhai perempuan terhebatku.”
Kini, sepasang pecinta itu telah berada di puncak nan tinggi. Suhu di sana dingin tak terperi. Mereka berpelukan untuk menumbuhkan kehangatan. Tak hanya raganya yang menyatu, tapi juga jiwanya. Dikecuplah kening sang perempuan dengan lembutnya. “Sayang, mari kita gelar sajadah di sini!”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar